Jumat, 30 Januari 2015

Duh Indahnya Wana Wisata Wonosalam di Jombang

Salah satu sudut Gua Sigolo-golo

Umumnya masyarakat mengetahui kalau Kecamatan Wonosalam di Kabupaten Jombang, Jawa Timur sangat terkenal dengan potensi buah duriannya lokal. Bila musim durian tiba sekitar Januari mendatang kawasan Agrowisata di Kecamatan Wonosalam menjadi tempat favorit berburu buah durian.

Dalam kesempatan ini traveler akan saya ajak jalan-jalan menjelajah Kota Jombang bukan untuk menikmati sensasi manis dan legitnya durian Wonosalam, melainkan menyusuri sebuah gua yang memiliki nilai sejarah sekaligus dikeramatkan oleh sebagian orang.

Gua itu bernama Sigolo-golo. Saya hampir tertawa geli mendengar nama gua yang satu ini. Betapa tidak nama Sigolo-golo mengingatkan saya akan nama-nama orang Suku Batak. Seperti misalnya Siringgo-ringgo, Sibutar-butar dan masih banyak lagi contohnya.

Ternyata istilah nama Sigolo-golo tidak ada kaitan sama sekali dengan istilah Batak tersebut. Menurut Urip Sumoharjo, "istilah Sigolo-golo berarti segala-galanya". Saya sendiri hampir tak percaya dengan penjelasan Pak Urip.

Iseng-iseng saya buka Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka Jakarta, siapa tahu memberikan petunjuk menyingkap misteri seputar asal-usul kata Sigolo-golo. Di kamuspun juga tidak saya temukan istilah Sigolo-golo.

Urip mengaku istilah kata Sigolo-golo sudah ada sejak dulu, sejak nenek moyangnya masih hidup. Istilah ini berasal dari Bahasa Jawa yang kemudian diartikan menjadi segala-galanya. Kita tidak akan berdebat panjang lebar dengan istilah nama Sigolo-golo karena memang hanya sebuah nama.

Lalu adakah yang spesial dari gua ini? Mengapa para traveler menjadi penasaran dan akhirnya tertarik untuk mengunjunginya? Gua Sigolo-golo merupakan wanawisata yang berada di Desa Panglungan, Wonosalam-Jombang.


Sebelum ke gua akan seru bila panjat akar (root climbing)


Ia sebenarnya satu paket wisata dibawah pengelolaan Boro Rafting. Sebuah perusahaan wisata alam milik perseorangan yang bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Panglungan dengan difasilitasi PT. Perhutani Kabupaten Jombang.

Di dalam area objek wisata Gua Sigolo-golo, traveler akan menikmati beberapa tantangan menarik berupa seribu lebih tangga naik-turun di atas perbukitan, sungai boro (boro river) yang air dan panoramanya mempesona, tempat tertinggi untuk menikmati indahnya alam pegunungan yang terletak di Kota Mojokerto (bulu view) dan menyusuri Gua Sigolo-golo dengan memanjat perakaran yang kokoh (root climbing).

"Tujuan PT. Perhutani Jombang memfasilitasi LMDH bersama-sama Boro Rafting untuk mengembangkan kawasan wanawisata Panglungan tidak lain agar kelestarian hutan dan sumber daya air tetap terpelihara kelestariannya" lanjut Urip lelaki yang sehari-harinya bekerja sebagai anggota LSM di wanawisata ini.


Wana wisata Wonosalam di Jombang


Menuju kawasan Wanawisata Panglungan tempat Gua Sigolo-golo berada traveler harus menempuh perjalanan sejauh kira-kira 9 kilometer dari pertigaan jalan besar Wonosalam-Mojoagung. Ada penanda jalan di pertigaan itu. Sepertinya tidak ada jalur angkutan umum menuju Desa Panglungan. Jadi traveler harus membawa kendaraan pribadi untuk bisa sampai ke tempat ini.

Saya melewati jalanan beraspal mulus dengan panorama pepohonan hutan budidaya di kanan-kiri jalan itu. Ada banyak jenis komoditas yang diusahakan LMDH Wonosalam diantaranya pohon jati, pinus, sengon, beberapa jenis tanaman buah durian, kopi, kemiri, alpukat dan lain-lain.

Pemukiman warga terlihat setelah saya memasuki beberapa desa sebelum Desa Panglungan. Untuk bisa menikmati wanawisata Gua Sigolo-golo pengunjung diwajibkan membayar tiket masuk seharga Rp.5000,-. Traveler terlebih dulu memarkir kendaraannya di area parkir yang dikelolah oleh karang taruna Desa Panglungan. Biaya parkir sepeda motor Rp.5000,- sedangkan untuk mobil seharga Rp.10.000,-.

Dari tempat parkir kita masih harus berjalan kaki kira-kira 200 meteran menuju loket masuk. Untuk mencapai lokasi gua traveler harus menuruni ratusan tangga turun. Trap-trap tangga terbuat dari potongan bambu sebagian lagi terbuat dari bahan cor untuk tikungan yang tajam. Untuk tikungan menurun tajam pihak pengelolah membuatkan pipa pegangan yang cukup kokoh.

Tangga naik dan turun seluruhnya berjumlah seribu lebih. Bisa dibayangkan kalau penjelajahan destinasi ini cukup menguras stamina kita. Makanya untuk petualangan kali ini saya tidak mengajak serta keluarga alias bersolo traveling karena memang medan yang cukup menantang tadi.

Salah seorang pemandu wisata Boro Rafting yang siang itu sedang stand by di posnya menemani saya dalam penjelajahan Gua Sigolo-golo. Awalnya saya terkejut bukan main ketika Mas Hari begitu nama panggilan tur guide tersebut menyatakan kalau lokasi gua yang saya kunjungi ternyata keliru. Gua yang saya kunjungi sendirian itu berada di sisi perbukitan sebelah timur Gua Sigolo-golo.

Pikir saya dalam hati sudah capek-capek menyusuri medan perbukitan yang menantang itu ternyata lokasinya keliru. Tidak banyak traveler yang berani sampai ke Gua Sigolo-golo. Rata-rata pengunjung destinasi ini pasangan muda-mudi atau sekelompok anak muda dari sekolah atau instansi tertentu. Pokoknya rata-rata pengunjungnya dari usia muda karena memang medan yang cukup berat. Naik-turun ribuan anak tangga yang pastinya kurang ramah buat anak-anak dan orang tua.

Mas Hari kemudian memandu saya menunjukkan jalan yang tepat menuju Gua Sigolo-golo. Dengan nafas sedikit tersengal-sengal saya kembali bersama Mas Hari ke gua itu. Maklum usia sudah tidak muda lagi. Rasa penasaran inilah yang mendorong saya berjuang terus untuk menyusuri gua yang konon sering dijadikan tempat ritual tertentu itu.

Akhirnya kami berhenti di sebuah tempat yang penuh dengan perakaran pohon berukuran sangat besar dan terlihat sangat kokoh itu. Tempat ini sebelumnya sudah terlihat oleh saya saat menyusuri lokasi gua yang keliru itu, tetapi karena tidak tahu akhirnya terlewatkan begitu saja.


Saya sempat ngeri dan takut ketika Mas Hari menunjuk akar-akaran itu sebagai jalan masuk yang harus dilalui untuk bisa sampai ke Gua Sigolo-golo. Bayangkan saja akar-akaran itu menjalar dari atas ke bawah dan posisinya cukup tinggi. Mungkin lebih dari 50 meter tingginya dengan sudut lurus 180 derajad.

Sejujurnya saya hampir mengurungkan niat untuk mendaki gua itu. Sebab resiko yang mungkin terjadi bila terjatuh dari tempat yang cukup tinggi itu adalah sangat fatal. Bisa merenggut nyawa saya mungkin atau menyebabkan cacat di bagian tubuh saya yang lainnya.

Setelah stamina pulih dan berkat spirit dari Mas Hari akhirnya saya berhasil bergelayutan di akar-akar pohon yang hingga kini saya belum tahu namanya itu. Mas Hari memandu saya melewati akar-akar pohon mana saja yang tepat dijadikan pegangan. Ketakutan itu akhirnya membuahkan perasaan bersyukur yang sangat dalam karena berhasil mencapai Gua Sigolo-golo yang dikeramatkan itu.

Menikmati karunia alam yang berupa gua yang tersembunyi di balik perbukitan Kota Wonosalam-Jombang merupakan kepuasan tersendiri dan ini bisa traveler buktikan sendiri saat menjelajah Gua Sigolo-golo itu.

Sambil beristirahat di lokasi gua, saya menenggak air putih yang saya bawa dari rumah. Ada balai-balai bambu di lokasi gua itu. Seharian saya menjelajah lokasi ini tidak saya temukan seorang travelerpun yang menuju gua. Mereka rata-rata menuju Sungai Boro di bawah bukit dengan menuruni ribuan anak tangga yang bikin lutut serasa mau lepas itu.

Mas Hari bercerita bahwa "dulu gua ini digunakan untuk bertapa Patih Maudoro (Patih Udara) dari Kerajaan Majapahit yang juga ayah kandung dari Prabu Damar Wulan".

"Patih Maudoro bersemedi agar rakyat Majapahit dikaruniai keselamatan oleh Sang Hyang Widhi" lanjut Mas Hari dengan nada serius. "Posisi gua dengan medan yang cukup menantang menggambarkan betapa besar perjuangan orang-orang Majapahit dulu dan itu bisa dijadikan bahan pelajaran oleh generasi sekarang" imbuh Mas Hari.

Meski lokasi gua sulit dijangkau oleh traveler pada umumnya namun ada saja tangan-tangan jahil tak bertanggung jawab yang sudah telanjur mencorat-coret dinding gua yang dikeramatkan ini.

"Pada hari-hari tertentu sesuai tradisi Jawa seperti misalnya pada malam Jumat Legi dan Kliwon ada saja orang yang melakukan ritual di gua ini. Mereka membawa bunga dengan melakukan tata cara ritual tertentu semalaman bersedia semedi di gua ini" ungkap Mas Hari.

"Bahkan pengunjung dari luar kota juga sering terlihat di wana wisata ini. Mereka ada yang percaya dan meyakini kalau air yang tergenang di cekungan Gua Sigolo-golo berkhasiat obat" tambah Mas Hari meyakinkan.

Sungguh cerita misteri yang menarik. Terlepas dari benar tidaknya cerita itu bagi pihak pengelolah wisata Gua Sigolo-golo tidak terlalu mempermasalahkan asal dalam batas-batas yang masih bisa ditolerir.

Lelaki dengan satu anak ini juga bercerita bahwa "ada gua lain di bawah Gua Sigolo-golo yang terletak di pinggir jalan setapak ditutup oleh pihak pengelolah karena sering dijadikan tempat ritual. Pihak pengelolah mengkhawatirkan terjadinya penyimpangan makanya kita tutup gua itu"

Harus diakui kalau panorama alam pegunungan Wonosalam memang sangat memukau. "Pernah ada wisatawan asing memuji kecantikan alam wana wisata ini saat mereka melancong ke sini. Mereka mengatakan kalau kawasan ini termasuk yang tercantik di dunia. Itu mereka katakan saat mereka berdiri di lokasi Bulu View yang merupakan posisi tertinggi di puncak bukit ini". Ungkap Urip Sumoharjo saat berbincang-bincang dengan saya siang itu.

Penasaran dengan kisah Gua Sigolo-golo? Traveler bisa mengunjunginya saat melancong ke Jawa Timur. Perjalanan bisa diawali dari Kota Mojoagung atau dari kawasan Balungbendo Sidoarjo. Diteruskan ke arah Trowulan-Mojokerto hingga menuju Kota Jombang. Berhentilah di pertigaan yang menuju Kecamatan Wonosalam. Ada petunjuk jalan ke lokasi wana wisata Gua Sigolo-golo.

0 komentar:

Posting Komentar